Kasih yang Manis dalam Hidup yang Pahit
By : Ina Nababan
Saat itu tahun 1995. Seorang pria Kristen
berusia 34 tahun sedang duduk di depan halaman rumah ayahnya. Sebenarnya dia
agak gelisah. Setahun belakangan dia sering merasa sakit di paru-parunya, dan demam
tinggi. Dokter mendiagnosa dia terkena tuberkolusis, tapi meskipun sudah
setahun menjalankan perawatan sebagai pasien tuberkolusis, penyakitnya tidak
kunjung hilang. Padahal anaknya yang ketiga baru lahir, dan ia sangat sedih
karena harus menjauhi anak-anaknya supaya mereka tidak tertular. Lantaran
penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh, ayahnya memaksanya pulang ke kampung
untuk menjalani pengobatan tradisional. Maka pria ini dengan terpaksa mengikuti
keinginan si ayah.
Dari kejauhan dilihatnya ayahnya
berlari menuju tempatnya duduk sambil membawa sebuah bungkusan. Begitu sang
ayah sampai, ia langsung menarik tangan anaknya menuju ke dalam rumah dan
mengunci pintu dan menutup seluruh jendela rumah.
“Nak, kalau dokter saja tidak bisa
menyembuhkan kamu, berarti itu bukan penyakit biasa! itu pasti ada roh-roh
jahat yang membuatmu sakit. Sekarang kamu pakai ramuan yang sudah didoakan
dukun ini, masukkan ke dalam bak mandi dan kamu mandi menghadap matahari. Pasti
kamu bisa sembuh dan roh jahat itu tidak mempan lagi menyiksa kamu.” Jelas sang
ayah sambl berbisik.
“Ayah, aku tidak menyangka Ayah
akan menyuruhku pulang ke sini hanya untuk membuang imanku. Meskipun aku harus
mati karena penyakit ini, aku tidak akan mau mengikuti perintah dukun! Kalau
Cuma segini yang mau ayah bicarakan, lebih baik aku sekarang pulang ke rumah
istri dan anakku.”
Mereka pun bertengkar hebat. Si
Ayah takut sekali anaknya akan mati jika tidak diobati oleh cara dukun. Tapi si
anak percaya sepenuhnya pada janji Tuhan yang akan menolong orang percaya.
Singkat cerita pria tersebut pulang
dan mencoba berobat ke Jakarta dengan dokter spesialis dan alat medis yang
lebih canggih. Setelah diperiksa, ternyata ada beberapa benjolan di
paru-parunya yang mengindikasikan kanker yang jika terlambat sedikit
pengobatannya, akan segera berkembang ke stadium lanjut. Tentu saja setahun kemarin
ia tidak kunjung sembuh karena diagnosanya salah. Begitu tahu dia terkena
kanker, pria tersebut melonjak kegirangan!
Sang dokter terang saja kaget
melihat reaksi pasiennya.
“Semua pasien saya yang divonis
kanker pasti menangis atau ingin mati, kenapa kamu begitu senang?” tanya
Dokter.
“Saya senang karena saya bisa
membuktikan pada ayah saya kalau penyakit saya ini bukan karena roh jahat atau
karena sihir orang! Itu artinya saya bisa membuktikan iman saya pada keluarga
saya.” Jawab pria itu.
“Tapi Pak, satu-satunya jalan
terbaik saat ini adalah kemoterapi dan kemungkinan berhasilnya hanya 50% .
apakah bapak sudah siap dengan segala resikonya?”
“Saya percaya Tuhan sanggup
menghidupkan orang mati, apalagi menyembuhkan penyakit ini. Yang penting kita
sudah berusaha, Dokter. Semua orang juga
akan mati. Seandainya saya mati, itu berarti jalan terbaik yang Tuhan berikan untuk menunjukkan
kasih setia-Nya pada saya. Jadi tidak apa-apa, Dokter. Mari kita mulai saja
kemoterapinya.”
Ketika akhirnya proses kemoterapi
dijalankan, pria tersebut tertatih-tatih untuk bertahan. Bayangkan pada tahun
1995, pengobatan tidak secanggih sekarang, dan kemoterapi terasa sangat
menyakitkan, seperti seluruh tubuh terbakar dari dalam. Dan setelah kemo, efek
mual-mual hebat menyerang sehingga daya tahan tubuh semakin menurun dan asupan
gizi bisa tidak mencukupi. Tetapi pria tersebut selalu berusaha makan dengan
lahap untuk melawan penyakitnya. Berkali-kali muntah, berkali-kali juga ia
paksa untuk makan lagi dan lagi.
Teman sekamar pria itu, yang
sama-sama menjalankan kemo, satu per satu meninggal dunia. Ada yang tidak tahan
saat di kemo, ada yang tidak bisa makan dan tidak mau berusaha makan, ada juga
yang tuntas di kemo tapi dua atau tiga bulan kemudian meninggal dunia.
Apa yang terjadi pada pria
tersebut? Apakah dia meninggal juga tidak lama setelah itu? Atau dia masih
hidup lama?
Apapun yang terjadi padanya,
percayakah anda bahwa Tuhan tetap
mengasihi pria itu meskipun yang
Tuhan berikan adalah kematian?
Puji Tuhan pria tersebut tetap
dikuatkan oleh Tuhan sehingga ia bisa melewati bulan demi bulan, tahun demi
tahun, sampai sepuluh tahun lebih ia dinyatakan bebas dari kankernya. Dan dari
sejak kemoterapinya, ia diberikan oleh Tuhan bonus tujuh belas tahun lagi untuk
hidup. Dan selama 17 tahun itu, dia dengan sukacita selalu menyampaikan kepada
semua teman dan keluarganya tentang kesaksian hidupnya itu, termasuk kepada
saya anaknya, yang meneruskan kesaksian hidupnya melalui tulisan ini.
Jika anda sedang dalam pergumulan dan semua
terasa berat, kehidupan terasa pahit dan sulit anda pahami meskipun anda sudah
melakukan yang terbaik menurut anda, peganglah janji-janji Tuhan, rajinlah mendalami
Alkitab maka semua yang kita lalui akan terasa manis bersama Tuhan.
Mungkin ada yang menilai Tuhan
meninggalkanmu makanya hidupmu banyak ditimpa kesusahan. Tapi berpikirlah
sebaliknya, justru dalam kesusahan dan kepahitan hidup, Tuhan menunjukkan kasih setiaNya dan
perlindunganNya, sehingga kita dapat semakin dekat dan nyaman bersamaNya di
tengah badai sekalipun.
Mazmur 25 : 10 “Segala jalan Tuhan (Sekalipun terlihat buruk) adalah
kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan dan
peringatan-peringatan-Nya.”